Penampilan Cosplay Sadako dalam acara screening premiere SADAKO (2019) di CGV Grand Indonesia , (27/8/2019). |
Kali ini, saya mau mengulas film horor Jepang yang sedang tayang di bioskop. Yup, SADAKO (2019) alias versi teranyar dari Sadako 3D (2012) dan Sadako 3D 2 (2013) karya Hideo Nakata yang cerita aslinya ditulis oleh Koji Suzuki.
Comeback-nya Sadako mungkin membuat sebagian dari kita tidak terkejut lagi. Sebagian besar mungkin sudah tau kalau biasanya ia muncul dari sebuah sumur dan televisi. Tapi, kali ini rasanya 'agak' sedikit berbeda.
OH IYA, sebelumnya mau cerita sedikit nih. Saya nonton SADAKO (2019) ini pada kesempatan screening premiere-nya. Meskipun jadwalnya agak meleset dari perencanaan, tapi seenggaknya ada kebanggaan tersendiri bisa nonton sehari sebelum tayang.
Tadinya, screening premiere dijadwalkan 6 hari sebelum tayang, tapi ternyata ada kendala teknis. Yowis, nggak apa-apa deh bolak-balik CGV Grand Indonesia, wong tiketnya gratis kok.
![]() |
Tiket Premiere Screening SADAKO 2019 dari Moxienotion |
Sadako is back!
Detik-detik sebelum film SADAKO 2019 dimulai |
Begitulah kira-kira tagline filmnya. Kemunculan Sadako kembali menghantui hidup orang-orang. Mungkin bagi penonton baru, kemunculan ini sontak memunculkan rasa bergidik (ngeri). Tapi nyatanya bagi yang sudah pernah menonton Ringu (1998) maupun The Ring (2002), rasa bergidik di sini malah bisa juga berarti geli.
Hantu bernama lengkap Sadako Yamamura ini, yang juga punya nama lain Samara (dalam film The Ring)—entah kenapa seperti akronim dari nama lengkapnya, kehadirannya kini tak lagi mengagetkan seperti dulu.
Mungkin karena sebagai sosok hantu, namanya begitu populer. Sehingga terkesan tak asing lagi. Atau mungkin juga, karena kita sudah tau dari mana ia akan muncul.
Kemunculan Sadako kali ini bukan tanpa sebab, melainkan ada seorang perempuan cenayang (baca: dukun) yang
Sebelumnya, diceritakan bahwa Sadako telah tersegel di sebuah gua yang berada di pinggir pantai. Sebetulnya kebangkitan ini tak sengaja. Tetapi kalau mengingat apa yang dilakukannya terlalu niat, bisa dibilang ini juga merupakan kesengajaan.
Sang cenayang yang membangkitkan Sadako ini, nasibnya mirip sekali dengan ibunya Sadako (yang juga dikisahkan merupakan seorang cenayang).
Ia punya seorang anak perempuan, yang sedari kecil ia kurung dalam sebuah lemari. Anaknya sering ia panggil dengan sebutan "Sadako" tanpa embel-embel 'chan' di belakangnya. Mungkin takut aura seramnya berubah jadi kawaii.
Anak inilah yang akhirnya membangkitkan Sadako (yang sesungguhnya) dari tempat persemayamannya, ketika ia hampir terbunuh karena berusaha dibakar hidup-hidup oleh ibunya sendiri. Berkat kejadian tersebut, Sadako Chan (baca: anak itu) mendapat kekuatan magis yang juga dianggap sebagai kutukan.
Spoiler!:
Seberapa Kowai kah?
Film ini bisa dibilang aman bagi jantung, karena tidak memiliki banyak jumpscare. Masih bisa dihitung oleh jari adegan-adegan yang mengagetkannya.
Bahkan di beberapa scene, penonton malah dibuat tertawa karena ekspresi tokohnya. Apalagi di bagian endingnya, mungkin ini memang inisiatif dari sang sutradara.
Grading film serta musik latar juga tidak terlalu menonjolkan aura keseramannya, meskipun ditonton dengan seksama. Alur cerita bisa dibilang cukup misterius, tetapi beberapa di antaranya mudah ditebak arahnya.
Tentu penilaian ini sangat subjektif, mengingat pengalaman saya yang sering menonton film-film horor. Bagi yang tidak terbiasa dengan film horor, film ini tetap berhasil membuat mereka berkali-kali menutup mata dengan kedua tangannya.
Official Trailer SADAKO (2019) by KADOKAWA
Rating IMDb
![]() |
Lama situs IMDb SADAKO (2019) diakses pada 9 September 2019. |
Pada halaman IMDb, SADAKO (2019) memiliki rating lebih tinggi dibanding film Sadako sebelumnya, meskipun masih jauh di bawah film The Ring.
Rasanya, saya sih setuju-setuju saja dengan rating tersebut kalau melihat konteks pesan yang disampaikan melalui filmnya. Tetapi semua terpulang kepada penonton.
Bagi kalian yang gemar dengan film-film horor buatan Jepang, film ini mungkin tetap menarik untuk ditonton sembari memperkaya pengetahuan tentang legenda horor dan budaya masyarakat Jepang.
Rasanya, saya sih setuju-setuju saja dengan rating tersebut kalau melihat konteks pesan yang disampaikan melalui filmnya. Tetapi semua terpulang kepada penonton.
Bagi kalian yang gemar dengan film-film horor buatan Jepang, film ini mungkin tetap menarik untuk ditonton sembari memperkaya pengetahuan tentang legenda horor dan budaya masyarakat Jepang.
***
Kayaknya segitu aja yang bisa saya ulas mengenai film ini. Singkat banget sih emang review-nya, tapi mudah-mudahan bermanfaat ya bagi yang belum nonton maupun yang sudah.
Buat yang sudah menonton, gimana setuju ngga sama review ini? Jangan lupa komen di bawah ya!
Sampai ketemu lagi di Suka-Suki selanjutnya.
Jaa, matane!