Berawal dari keresahan yang datang dan pergi tak menentu, akhirnya beberapa kalimat-demi-kalimat yang entah kenapa bisa mewakili perasaan ini, muncul.
Jujur, saya sendiri belum pernah mempelajari tentang seluk-beluk puisi, prosa dan semacamnya, selain mungkin dari apa yang telah saya terima selama masih sekolah dulu.
Jujur, saya sendiri belum pernah mempelajari tentang seluk-beluk puisi, prosa dan semacamnya, selain mungkin dari apa yang telah saya terima selama masih sekolah dulu.
Oleh karena itu, saya sendiri tidak tahu apakah bisa menyebut kumpulan tulisan ini sebagai
puisi.
Tetapi, entah mau disebut sebagai apa, yang jelas ini bisa menjadi medium komunikasi bagi keresahan saya.
karena aku bosan dengan kegagalanku
Tidak mengulang lagi adalah keputusanku,
karena aku tahu hasilnya akan sama buatku
Lantas kau panggil aku pecundang,
padahal aku menerima keputusanmu
Aku tidak takut kehampaan
Aku tidak takut kesendirian
Aku tidak takut kemiskinan
Aku tidak takut kebodohan
Aku tidak takut dirisak
Aku tidak takut dirusak
Aku tidak takut dibenci
Aku tidak takut dijauhi
Aku tidak takut dimusuhi
Aku tidak takut,
dan tidak boleh takut
Kecuali, hanya pada-Nya
Jikalau nanti situasinya lebih sulit lagi,
aku hanya perlu tersenyum lebih keras (lagi)
Aku telah berjanji untuk tidak menangis (lagi)
Kecuali, tangis karena bahagia;
atas tercapainya cita-cita,
atas sekelilingku yang bahagia,
atas manfaat untuk seluruh umat
Aku telah berjanji,
jikalau suatu saat aku pun akhirnya menangis (lagi)
Maka tangisan itu, pasti karena-Nya dan hanya untuk-Nya
Kau bawa aku kemana kau pergi
Kau bilang, aku teman setiamu
Tak apa mereka membenciku
Karena kau selalu mengagumiku
Lantas kini nyatanya apa?
Sesudah kau bakar aku dengan penuh gairahmu
Setelah kau hisap habis semua kenikmatanku
Kau telantarkan aku begitu saja
Di jalan, di permukaan, di hamparan
Di tempat mahluk sejenisku terbuang
Lihat saja, suatu saat aku akan membalasmu
Cinta yang kutanamkan di hatimu,
mendadak berubah jadi racun bagi parumu
Biar saja, kau akan mengerti rasa sakitnya
Menjadi aku yang dicinta sekaligus dihina
Semakin dalam
Telusuri jauhnya
Rasakan hampanya
Resapi kosongnya
Kau bebas di sini
Tak ada pengganggu
Tak ada belenggu
Tak ada lintas
Tak ada batas
Menetaplah!
Temani aku
Lupakan sedihmu
Tertawa bersamaku
Lenyapkan sendumu
Di luar, kau tak aman
Banyak ancaman
Banyak kecaman
Banyak aturan
Banyak anjuran
Di luar, semu
Penuh bujuk rayu
Penuh tipu-tipu
Tak cocok untukmu
"Tidak! Jangan atur aku, memangnya Kau siapa?"
Aku temanmu
Aku sering menjumpaimu
Di saat kau sedang berjalan
Menelusuri jalan suksesmu
Namun mengapa,
kau terlihat membenciku?
Pantaskah aku kau sebut musuhmu?
Mengapa kau tak senang akan kehadiranku?
Apakah aku menyeramkan bagimu?
Mungkin bagimu,
yang pantas menemuimu hanyalah Si Keberhasilan
Ia begitu kautunggu-tunggu
Ia begitu kau nanti-nanti
Ia begitu kau harap-harap
Padahal, akulah teman setiamu
Aku selama ini membimbingmu
Aku mengajarkanmu arti perjuangan
Aku menerangkanmu makna perjalanan
Aku membuatmu tegar dan kuat
Aku membuatmu sangar dan hebat
Lantas,
mengapa kau masih membenciku?
Pahlawan kehausanku
Melupa segala lara
Membobol iman penjara
Membuatku bebas
Membuatku lepas
Melantangkan suaraku
Menghidupkan nyaliku
Sesaat sendu kau buat hilang
Sesaat rindu kau buat datang
Jiwa kian melayang
Tubuh kian berlinang
Perih terobati
Luka kian menjadi
Seakan lupa pasti mati
Seakan sirna lubuk hati
Kenapa kau ada?
Oh Angka
Kenapa kau mempesona?
Andai saja kau tak ada
Entah, dunia ini akan seperti apa jadinya
Angka oh Angka
Semua mengejarmu
Semua bersaing merenggutmu
Semua gusar tanpamu
Semua bertekuk lutuh di hadapmu
Oh Angka,
Tapi kau hanya Angka
Ikatnya bagai semat
Ringan jadi sendat
Mudah jadi berat
Ia datang lagi
Biusnya bak ilusi
Inapi kamar-kamar fantasi
Usir semua sesal frustasi
Ia datang lagi
Tunda segala perkara
Kalah tak berdaya
Marah pun tiada guna
Ia kini pergi
Aku malah mencari
Bosan salah
Benar-benar bosan
Jumpa lika, jumpa liku
Ada tanya, tiada jawab
Di mana?
Ke mana?
Berputar tak jua sadar
Buntu tak lekas bertumpu
Ujung tak jua kunjung
Ujung-ujungnya,
di ujung kan mengujung
Sesat sesaat
Saat ter-sesat
***
Tetapi, entah mau disebut sebagai apa, yang jelas ini bisa menjadi medium komunikasi bagi keresahan saya.
Pecundang!
Tidak mencoba lagi adalah keputusanku,karena aku bosan dengan kegagalanku
Tidak mengulang lagi adalah keputusanku,
karena aku tahu hasilnya akan sama buatku
Lantas kau panggil aku pecundang,
padahal aku menerima keputusanmu
Takut?
Aku tidak takut kegelapanAku tidak takut kehampaan
Aku tidak takut kesendirian
Aku tidak takut kemiskinan
Aku tidak takut kebodohan
Aku tidak takut dirisak
Aku tidak takut dirusak
Aku tidak takut dibenci
Aku tidak takut dijauhi
Aku tidak takut dimusuhi
Aku tidak takut,
dan tidak boleh takut
Kecuali, hanya pada-Nya
Jangan Menangis (lagi)
Aku telah berjanji untuk tidak menangis (lagi)Jikalau nanti situasinya lebih sulit lagi,
aku hanya perlu tersenyum lebih keras (lagi)
Aku telah berjanji untuk tidak menangis (lagi)
Kecuali, tangis karena bahagia;
atas tercapainya cita-cita,
atas sekelilingku yang bahagia,
atas manfaat untuk seluruh umat
Aku telah berjanji,
jikalau suatu saat aku pun akhirnya menangis (lagi)
Maka tangisan itu, pasti karena-Nya dan hanya untuk-Nya
Dendam
Kau pinang aku dengan mahar yang tinggiKau bawa aku kemana kau pergi
Kau bilang, aku teman setiamu
Tak apa mereka membenciku
Karena kau selalu mengagumiku
Lantas kini nyatanya apa?
Sesudah kau bakar aku dengan penuh gairahmu
Setelah kau hisap habis semua kenikmatanku
Kau telantarkan aku begitu saja
Di jalan, di permukaan, di hamparan
Di tempat mahluk sejenisku terbuang
Lihat saja, suatu saat aku akan membalasmu
Cinta yang kutanamkan di hatimu,
mendadak berubah jadi racun bagi parumu
Biar saja, kau akan mengerti rasa sakitnya
Menjadi aku yang dicinta sekaligus dihina
Tidak!
Jatuhlah!Semakin dalam
Telusuri jauhnya
Rasakan hampanya
Resapi kosongnya
Kau bebas di sini
Tak ada pengganggu
Tak ada belenggu
Tak ada lintas
Tak ada batas
Menetaplah!
Temani aku
Lupakan sedihmu
Tertawa bersamaku
Lenyapkan sendumu
Di luar, kau tak aman
Banyak ancaman
Banyak kecaman
Banyak aturan
Banyak anjuran
Di luar, semu
Penuh bujuk rayu
Penuh tipu-tipu
Tak cocok untukmu
"Tidak! Jangan atur aku, memangnya Kau siapa?"
Teman Setia
Perkenalkan, namaku KegagalanAku temanmu
Aku sering menjumpaimu
Di saat kau sedang berjalan
Menelusuri jalan suksesmu
Namun mengapa,
kau terlihat membenciku?
Pantaskah aku kau sebut musuhmu?
Mengapa kau tak senang akan kehadiranku?
Apakah aku menyeramkan bagimu?
Mungkin bagimu,
yang pantas menemuimu hanyalah Si Keberhasilan
Ia begitu kautunggu-tunggu
Ia begitu kau nanti-nanti
Ia begitu kau harap-harap
Padahal, akulah teman setiamu
Aku selama ini membimbingmu
Aku mengajarkanmu arti perjuangan
Aku menerangkanmu makna perjalanan
Aku membuatmu tegar dan kuat
Aku membuatmu sangar dan hebat
Lantas,
mengapa kau masih membenciku?
Seteguk
Kau penyelamatkuPahlawan kehausanku
Melupa segala lara
Membobol iman penjara
Membuatku bebas
Membuatku lepas
Melantangkan suaraku
Menghidupkan nyaliku
Sesaat sendu kau buat hilang
Sesaat rindu kau buat datang
Jiwa kian melayang
Tubuh kian berlinang
Perih terobati
Luka kian menjadi
Seakan lupa pasti mati
Seakan sirna lubuk hati
Oh Angka
AngkaKenapa kau ada?
Oh Angka
Kenapa kau mempesona?
Andai saja kau tak ada
Entah, dunia ini akan seperti apa jadinya
Angka oh Angka
Semua mengejarmu
Semua bersaing merenggutmu
Semua gusar tanpamu
Semua bertekuk lutuh di hadapmu
Oh Angka,
Tapi kau hanya Angka
Kelesa
Ia datang lagiIkatnya bagai semat
Ringan jadi sendat
Mudah jadi berat
Ia datang lagi
Biusnya bak ilusi
Inapi kamar-kamar fantasi
Usir semua sesal frustasi
Ia datang lagi
Tunda segala perkara
Kalah tak berdaya
Marah pun tiada guna
Ia kini pergi
Aku malah mencari
Bosan salah
Benar-benar bosan
Ter-sesat
Berkali lewatiJumpa lika, jumpa liku
Ada tanya, tiada jawab
Di mana?
Ke mana?
Berputar tak jua sadar
Buntu tak lekas bertumpu
Ujung tak jua kunjung
Ujung-ujungnya,
di ujung kan mengujung
Sesat sesaat
Saat ter-sesat
***