Nyastra

Berawal dari keresahan yang datang dan pergi tak menentu, akhirnya beberapa kalimat-demi-kalimat yang entah kenapa bisa mewakili perasaan ini, muncul. 

Jujur, saya sendiri belum pernah mempelajari tentang seluk-beluk puisi, prosa dan semacamnya, selain mungkin dari apa yang telah saya terima selama masih sekolah dulu. 

Oleh karena itu, saya sendiri tidak tahu apakah bisa menyebut kumpulan tulisan ini sebagai puisi.

Tetapi, entah mau disebut sebagai apa, yang jelas ini bisa menjadi medium komunikasi bagi keresahan saya.




Pecundang!

Tidak mencoba lagi adalah keputusanku,
karena aku bosan dengan kegagalanku

Tidak mengulang lagi adalah keputusanku,
karena aku tahu hasilnya akan sama buatku

Lantas kau panggil aku pecundang,
padahal aku menerima keputusanmu




Takut?

Aku tidak takut kegelapan
Aku tidak takut kehampaan
Aku tidak takut kesendirian
Aku tidak takut kemiskinan
Aku tidak takut kebodohan

Aku tidak takut dirisak
Aku tidak takut dirusak
Aku tidak takut dibenci
Aku tidak takut dijauhi
Aku tidak takut dimusuhi

Aku tidak takut,
dan tidak boleh takut
Kecuali, hanya pada-Nya




Jangan Menangis (lagi)

Aku telah berjanji untuk tidak menangis (lagi)
Jikalau nanti situasinya lebih sulit lagi,
aku hanya perlu tersenyum lebih keras (lagi)

Aku telah berjanji untuk tidak menangis (lagi)
Kecuali, tangis karena bahagia;
atas tercapainya cita-cita,
atas sekelilingku yang bahagia,
atas manfaat untuk seluruh umat

Aku telah berjanji, 
jikalau suatu saat aku pun akhirnya menangis (lagi)
Maka tangisan itu, pasti karena-Nya dan hanya untuk-Nya




Dendam

Kau pinang aku dengan mahar yang tinggi
Kau bawa aku kemana kau pergi

Kau bilang, aku teman setiamu
Tak apa mereka membenciku
Karena kau selalu mengagumiku

Lantas kini nyatanya apa?

Sesudah kau bakar aku dengan penuh gairahmu
Setelah kau hisap habis semua kenikmatanku
Kau telantarkan aku begitu saja

Di jalan, di permukaan, di hamparan
Di tempat mahluk sejenisku terbuang

Lihat saja, suatu saat aku akan membalasmu
Cinta yang kutanamkan di hatimu,
mendadak berubah jadi racun bagi parumu

Biar saja, kau akan mengerti rasa sakitnya
Menjadi aku yang dicinta sekaligus dihina




Tidak!

Jatuhlah!
Semakin dalam
Telusuri jauhnya
Rasakan hampanya
Resapi kosongnya

Kau bebas di sini
Tak ada pengganggu
Tak ada belenggu
Tak ada lintas
Tak ada batas

Menetaplah!
Temani aku
Lupakan sedihmu
Tertawa bersamaku
Lenyapkan sendumu

Di luar, kau tak aman
Banyak ancaman
Banyak kecaman
Banyak aturan
Banyak anjuran

Di luar, semu
Penuh bujuk rayu
Penuh tipu-tipu
Tak cocok untukmu

"Tidak! Jangan atur aku, memangnya Kau siapa?"




Teman Setia

Perkenalkan, namaku Kegagalan
Aku temanmu
Aku sering menjumpaimu
Di saat kau sedang berjalan
Menelusuri jalan suksesmu

Namun mengapa,
kau terlihat membenciku?
Pantaskah aku kau sebut musuhmu?

Mengapa kau tak senang akan kehadiranku?
Apakah aku menyeramkan bagimu?

Mungkin bagimu,
yang pantas menemuimu hanyalah Si Keberhasilan

Ia begitu kautunggu-tunggu
Ia begitu kau nanti-nanti
Ia begitu kau harap-harap

Padahal, akulah teman setiamu

Aku selama ini membimbingmu
Aku mengajarkanmu arti perjuangan
Aku menerangkanmu makna perjalanan
Aku membuatmu tegar dan kuat
Aku membuatmu sangar dan hebat

Lantas,
mengapa kau masih membenciku?




Seteguk

Kau penyelamatku
Pahlawan kehausanku

Melupa segala lara
Membobol iman penjara

Membuatku bebas
Membuatku lepas

Melantangkan suaraku
Menghidupkan nyaliku

Sesaat sendu kau buat hilang
Sesaat rindu kau buat datang

Jiwa kian melayang
Tubuh kian berlinang

Perih terobati
Luka kian menjadi

Seakan lupa pasti mati
Seakan sirna lubuk hati




Oh Angka

Angka
Kenapa kau ada?

Oh Angka
Kenapa kau mempesona?

Andai saja kau tak ada
Entah, dunia ini akan seperti apa jadinya

Angka oh Angka
Semua mengejarmu
Semua bersaing merenggutmu
Semua gusar tanpamu
Semua bertekuk lutuh di hadapmu

Oh Angka,
Tapi kau hanya Angka




Kelesa

Ia datang lagi
Ikatnya bagai semat
Ringan jadi sendat
Mudah jadi berat

Ia datang lagi
Biusnya bak ilusi
Inapi kamar-kamar fantasi
Usir semua sesal frustasi

Ia datang lagi
Tunda segala perkara
Kalah tak berdaya
Marah pun tiada guna

Ia kini pergi
Aku malah mencari
Bosan salah
Benar-benar bosan




Ter-sesat

Berkali lewati
Jumpa lika, jumpa liku
Ada tanya, tiada jawab

Di mana?
Ke mana?

Berputar tak jua sadar
Buntu tak lekas bertumpu

Ujung tak jua kunjung
Ujung-ujungnya,
di ujung kan mengujung

Sesat sesaat
Saat ter-sesat




***