Terlintas begitu saja keinginan untuk membuka kembali blog yang tak terisi oleh tulisan baru setelah hampir dua bulan berlalu. Entah rindu atau sekedar malu mengaku sebagai blogger, penulis, calon jurnalis atau apalah namanya itu. Tetapi yang jelas keinginan ini begitu kuat sehingga rasa lelah ataupun letih tak sanggup untuk menghalanginya. Keinginan ini kemudian memaksa jari-jemariku menari indah di atas papan huruf dan angka, lalu membentuk kata demi kata hingga kalimat utuh yang memiliki arti dan tujuan khusus.
Sebelum gue nulis judul di atas, gue sempet buka id.wikipedia.org kemudian cari tau apa sih yang arti kebahagiaan. Terus kenapa dia sering banget disebut-sebut sih. Entah itu di rumah, kampus, tempat kerja, tempat ibadah, atau tempat apa aja yang sebut ini deh pokoknya. gue yakin banget kata ini begitu familiar di telinga sampe kita sendiri pun kadang bosen dengernya. Tapi entah kenapa kata ini selalu muncul di tengah perdebatan kita dalam menjalani hidup. Oke, coba kita cek dulu arti "Kebahagiaan" menurut tante wiki. *Izin kopas*
Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.[1] Berbagai pendekatan filsafat, agama, psikologi, dan biologi telah dilakukan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya.
Para filsuf dan pemikir agama telah sering mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi. Definisi ini digunakan untuk menerjemahkan eudaimonia (Bahasa Yunani: εὐδαιμονία)[2] dan masih digunakan dalam teori kebaikan.
Meskipun pengukuran langsung derajat kebahagiaan masih menjadi tantangan, beberapa peneliti telah mengembangkan alat untuk melakukan hal itu, misalnya dengan The Oxford Happiness Questionnaire.[3] Para peneliti juga telah mengidentifikasikan beberapa hal yang berhubungan dengan kebahagiaan: hubungan dan interaksi sosial, status pernikahan, pekerjaan, kesehatan, kebebasan demokrasi, optimisme, keterlibatan religius, penghasilan, serta kedekatan dengan orang-orang bahagia lain.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kebahagiaan
Tapi dari sudut pandang Ilmu Komunikasi (ini berhubung gue jurusan komunikasi aja sih), kebahagiaan itu merupakan tujuan hidup manusia. Artinya semua manusia yang terlahir di dunia ini pasti ingin bahagia alias mencapai/memperoleh kebahagiaan. Tapi cara mencapai/memperoleh kebahagiaan itu beda-beda karena setiap orang mengartikan "kebahagiaan" itu sendiri juga beda-beda. Asli ini kalo kalian baca buku "Pengantar Ilmu Komunikasi" (PIK) karya A.M Hoeta Soehoet lengkap banget dijelasin deh kebahagiaan itu apa. Tapi di sini gue akan coba telaah teori ini dengan mengaitkannya pada kehidupan gue sehari-hari.
Di dalam buku PIK juga dibahas yang namanya "Konsepsi Kebahagiaan" alias rancangan atau hal-hal yang sifatnya rencana terus kalo itu kita lakuin bisa bikin kita jadi bahagia. Entah itu sifatnya duniawi maupun spiritual. Ada yang percaya kalo bahagia itu cuma dirasain di dunia, ada juga sebaliknya bahagia itu cuma bisa dirasain di akhirat. Nah kebetulan kalo menurut agama gue katanya sih kebagiaan itu bisa dirasain di dunia maupun di akhirat. Enak banget ya bisa dua-duanya gitu hehe.
Terus gimana kita bisa tau "Konsepsi Kebahagiaan" orang lain dan kita sendiri yang sifatnya abstrak dan nggak bisa dilihat oleh kasat mata kan adanya di dalam pikiran kita?
Karena itulah Ilmu Komunikasi kemudian muncul untuk memecahkan masalah konsepsi kebahagiaan. Dengan berkomunikasi, kita bisa tau apa hal-hal yang bisa bikin kita bahagia.
Sederhananya begini, pas kita laper kita pasti bahagia kalo kita makan. Terus yang ada dipikiran kita, gimana caranya kita bisa makan. Misalnya makanan yang kita inginkan adalah rendang. Berarti kita berencana ke warung padang terus "ngomong" ke Uda/Uni beli rendang. Secara nggak langsung kita bisa bahagia kalo kita "ngomong" ke Uda/Uni atau ke siapa aja yang mungkin bisa beliin kita rendang.
Ngomong di sini merupakann upaya penyampaian pesan biar orang lain tau apa yang bisa buat kita bahagia. Nah, tapi gimana orang lain bisa tau nih maksud kita alias kalo kita lagi laper dan kita diem aja. Tenang sob, cara penyampaian pesannya ngga cuma lewat lisan aja kok alias ngomong. Masih ada beberapa lambang lainnya. Yaitu dengan tulisan, berarti kita kirim pesan ke Uda pake watsap terus pesen nasi rendang. Bisa juga dengan gerak-gerik, kita pegang perut sambil sok digosok gosokin gitu juga si Uda ngerti kalo kita lagi laper. Selain itu ada juga mimik alias ekspresi, pasang aja tampang laper di depan Uda, gue yakin doi paham.
Jadi intinya kalo kita laper dan kepengen makan rendang tapi kita diem aja ngga gunain salah satu lambang komunikasi itu ya kita bakal tetep laper. Ini berarti kita nggak bahagia. Sederhanya sih gitu.
Konketnya kebagiaan dalam hidup kita tak lepas dari apa yang mempengaruhi kita dari mulai kita lahir, tumbuh dan kemudian mati. Banyak banget faktor yang mempengaruhi arti kebahagiaan, terutama yang paling besar adalah keluarga alias tempat di mana kita tumbuh besar. Dan pastinya sekali lagi setiap orang beda-beda kebahagiaannya. Ada yang dengan hidup sederhana udah cukup bisa buat bahagia, ada juga yang udah hidup mewah malah belum nemu juga tuh sama yang namanya bahagia. Ya gitu deh, kalo menurut gue sih ada benernya yang bilang Tuhan itu adil, ya itu buktinya.
Di dalam hubungan pun demikian tujuan dari menjalin hubungan itu ya sama dengan tujuan hidup kita yaitu mencapai/memperoleh kebahagiaan, baik itu hubungan yang paling dekat yaitu keluarga, kerabat, saudara, pacar, teman, sahabat, tetangga, dsb. Jadi kalo tujuan menjalin hubungan itu biar kita bahagia, berarti mesti ada kesamaan (meskipun tidak semuanya sama) yang menjadi pokok hal-hal yang bisa bikin kedua belah pihak atau lebih jadi bahagia.
Dalam proses menuju kesamaan inilah kita benar-benar diuji. Kalo nggak kuat ya, hubungan yang udah terjalin bisa kandas di tengah jalan. Nggak jarang kita lihat sebuah hubungan runtuh hanya karena selisih paham, beda pendapat, adu argumen, saling kuat ego dsb. Padahal kalo dipikir-pikir gara-gara hal sepele tapi bisa beruntun dan berkepanjangan. Kalo udah gini mestinya kita inget gimana kita memulai hubungan yang baik tersebut dengan usaha dan doa. Inget betapa bahagianya kita saat hubungan tersebut baru saja terjalin.
Kalo kita liat motivator di tv atau internet, pasti sering denger yang namanya "WIN & WIN SOLUTION". Iya, ini teori motivator dalam mecahin permasalahan yang berujung pada kebahagiaan. Jadi sekiranya dalam hubungan kita ketemu sama sebuah masalah, solusinya kemudian harus menguntungkan bagi kedua belah pihak alias keuntungan bersama. Jangan semerta-merta salah satunya menang dan lainnya ngalah. Bukan berarti juga salah satunya mau menang sendiri, tapi tenang aja keduanya menang kok. Teori ini yang sering jadi kunci kenapa hubungan bisa langgeng, sejahtera dan bahagia.
Balik lagi ke yang namanya "Kebahagiaan". Saat kita memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan, kita tentunya secara nggak langsung udah sepakat bahwa kebahagiaan itu harus dirasakan oleh kedua belak pihak alias kebahagiaan bersama. Ini berarti kita mesti mendahulukan kebahagiaan bersama daripada kebahagiaan kita sendiri yang nggak jarang dipengaruhi oleh ego. Kalo kita mendahulukan kebahagiaan bersama alias kedua belah pihak, pastinya hubungan yang kita jalalin bakal saling melengkapi. Tapi kalo kita cuma mentingin kebahagiaan diri sendiri, buat apa repot-repot kita jalin hubungan. Meskipun perlu digaris bawahi juga, kalo gue sih yakin kalo kita mau bahagiain orang lain ya kitanya mesti bahagia dulu. Karena percaya atau engga, senyum dan mood itu menular :)
"Kalau kita memilih untuk bahagia berdua, itu artinya kita telah siap untuk menghadapi sulit berdua. Karena dalam hidup, kesulitan dan kemudahan datang secara bergantian. Tinggal bagaimana kita, bisa merasakan bahagia dalam keadaan sulit maupun mudah."