Rasanya baru kemarin gue kejatuhan feses burung, dan hampir diguyur sama temen gue pake green tea botolan. Entah kenapa moment kuliah hari-hari pertama itu yang terus terngiang di otak gue. Walaupun gue harus bisa move on dari semester pertama ini. Tapi mungkin, kenangan ini akan selalu teringat sampai gue dapet gelar sarjana kelak. Ya, mungkin aja..
*menghela napas*
Enam bulan berlalu, entah ilmu apa yang udah gue dapet dari kuliah semester pertama ini. Bisa dibilang, gue belum bisa dibilang mahasiswa. Meski umur gue nggak matching sama status maba. Tapi semangat kuliah bak seorang maba, masih membara di hati ini. Apalagi waktu pertama kali seorang dosen berpesan:
"Kalian harus jadi Mahasiswa yang cakap. Lulus tiga setengah tahun, dengan nilai IP tiga setengah juga..."
Seketika itu gue berniat untuk kuliah serius dan menjaga kesucian absensi. Sampai akhirnya, niat gue kandas karena beberapa faktor yang ngga gue duga sebelumnya. Ya, faktor yang paling penting biar kuliah gue tetep jalan adalah uang. Inilah yang bikin rencana gue lulus tiga setengah tahun mungkin nggak terwujud. Padahal menurut gue ini cuma masalah yang agak sepele. Tapi mungkin, pihak kampus menganggap bahwa ini adalah hal yang penting.
Kejadiannya baru sekitar dua minggu yang lalu, ketika gue berniat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Nah sebelum kita boleh ikut uas, ada beberapa persyaratan yang mesti kita capai. Salah satunya adalah SIMU (Surat Ijin Menempuh Ujian) dan Absensi. Persyaratan itulah yang sempet bikin gue nggak ikut uas. Pertama karena ada salah satu mata kuliah yang tanpa gue sadari, melebihi batas maksimal kekosongan tanda tangan alias nggak masuknya. Dan gue pun nggak terdaftar untuk uas mata kuliah tersebut. Kedua, karena gue belum melunasi biaya uang gedung. Menurut aturan nggak tertulis dari kampus, kalo belum lunas semua pembayarannya nggak dikasih simu. Gue pun sadar, uang itu masih kurang beberapa juta lagi. Tapi ya udah telat, harusnya gue sadar dari jauh-jauh hari biar punya waktu buat ngelunasin semuanya. Singkat cerita, gue nggak ikut uas tiga mata kuliah.
Gue sempet down cuma karena hal ini. Sempet mikir nggak mau ikut uas yang nggak penting itu. Tapi Tuhan berkata lain, Dia ngasih temen-temen yang peduli sama gue. Gue dapet beberapa sumbangan simu dari temen gue. Entah itu simu yang nggak kepake karena absensinya mati. Atau simu hasil dari temen gue yang beralasan kehilangan simu dan minta lagi ke loket. Dari situlah beberapa mata kuliah gue yang lain terselamatkan. Seenggaknya gue cuma ngulang tiga mata kuliah di semester kedua nanti, nggak ngulang semuanya :')
Dari peristiwa ini, gue coba terus berfikir positif dan mencari hikmah di balik semuanya. Ternyata bener, ada hikmah di balik ini semua.
"Menjadi seorang mahasiswa akan menuntut kita menjadi sosok yang mandiri. Entah dalam hal belajar, berteman, berorganisasi, dan bekerja. Walau terkadang dosen dan pihak kampus tidak mengerti atau peduli terhadap masalah yang sedang kita alami. Tetapi kita sebagai mahasiswa harus tetap konsisten untuk menjadi seorang sarjana. Bagaimanapun, kita harus tetap bertahan terhadap seleksi alam yang terjadi. Dan dapat menghadapi masalah demi masalah yang datang."
Ya kira-kira begitu deh yang terlintas di pikirang gue saat ini. Coba lihat dari segi positifnya aja, walaupun mungkin sulit buat lulus tiga setengah tahun, tapi paling ngga bisa jadi sarjana yang mandiri nantinya. Kalo baru masalah kecil aja udah nyerah, gimana mau naklukin skripsi. Inilah jalan Tuhan, dan inilah takdir semester pertama kuliah gue. Sampai ketemu di semester dua besok ya teman-teman!
Tags:
Perkuliahan
beeeh setuju ama kalimat 'meskipun umur gue ga matching sebagai maba' wkwkwkw sama ko
BalasHapusHahaha pasti umur lo lebih tua nih dari gue
BalasHapus